RSS

Sabtu, 25 Januari 2014

Hubungan Perilaku Tentang Perawatan Luka Pasca Caesar di Rumah Terhadap Infeksi Pasca Caesar Pada Ibu Post Partum di RSUD Subang Tahun 2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Di Amerika Serikat angka kejadian Sectio caesarea meningkat dari 5,5% pada tahun 1970 menjadi 15% pada tahun 1978 dan 24-30% saat ini. Makin dikenalnya bedah caesar dan bergesernya pandangan masyarakat akan metode tersebut, diikuti dengan semakin meningkatnya angka persalinan dengan sectio caesar. Di Indonesia sendiri, secara umum jumlah persalinan caesar di rumah sakit Pemerintah adalah sekitar 20-25 % dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-80 % dari total persalinan.  Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah caesar, yaitu adanya komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan bedah caesar dengan frekuensi di atas 11%. Antara lain cedera kandung kemih, cedera rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus, dan infeksi yaitu infeksi pada rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus, serta infeksi akibat luka operasi.
              Penelitian di Inggris menunjukkan, satu dari sepuluh wanita yang menjalani operasi caesar menderita infeksi sehingga mereka harus tinggal lebih lama di rumah sakit untuk perawatan.
               Risiko infeksi biasanya terdapat pada luka jahitan bekas sayatan pada tujuh lapisan jaringan perut. Meskipun mayoritas infeksi pasca operasi caesar tidak serius, tetapi bisa menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman.
          "Infeksi minor tetap bisa menyebabkan sakit dan ada kemungkinan akan memengaruhi jaringan yang lebih dalam. Infeksi yang lebih serius membutuhkan perawatan lebih lama di rumah sakit," kata Dr.Catherine Wloch, dari Departemen of Healthcare Associated Infection and Antimicrobial Resistance.
              Kerugian lain dari infeksi pasca operasi adalah berkurangnya kemampuan ibu untuk mengasuh bayinya karena dibutuhkan waktu cukup lama untuk pulih dari operasi. Kurang lebih 90% dari morbiditas pascaoperasi disebabkan oleh infeksi.
           Salah satu Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) 2015 adalah perbaikan kesehatan maternal. Kematian Maternal dijadikan ukuran keberhasilan terhadap pencapaian target MDG-5, adalah penurunan 75 % rasio kematian maternal (Adriaansz. G. 2006). Di negara-negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3% - 0,7 %, sedangkan di negara – negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05 % - 0,1 % (informasi wadah organisasi islamiah, 2008).
            Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2005).
Berdasarkan data yang diperoleh di Indonesia terjadi peningkatan angka bedah caesardisertai kejadian infeksi luka pasca bedah caesar sekitar 90% dari morbiditas pasca operasi disebabkan oleh infeksi luka operasi. RSUP dr.Sardjito tahun 2000 kejadian infeksi luka pasca bedah caesar adalah 15%. RSUD dr.Soetomo Surabaya tahun 2001 angka kejadian infeksi luka 20% (Himatusujanah dan Rahayuningsih, 2008).
Angka kejadian Sectio caesarea sejak tahun 1980 meningkat di RS CiptoMangunkusumo Jakarta  Sectio caesarea pada tahun 1981 sebesar 15,35% meningkat menjadi 23,23% pada tahun 1986. Peningkatan ini juga terjadi diseluruh dunia. (Roeshadi, 2003).


1.2  Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan perilaku tentang perawatan luka pasca caesar di rumah terhadap infeksi pasca caesar pada ibu post partum di RSUD Subang tahun 2012.

1.3  Tujuan Penelitian
1.3.1   Tujuan Umum
Mengetahui hubungan perilaku tentang perawatan luka pasca caesar di rumah terhadap infeksi pasca caesar pada ibu post partum di RSUD Subang tahun 2012.
1.3.2   Tujuan Khusus
1.   Mengidentifikasi karakteristik responden / ibu post partum pasca caesar di RSUD Subang tahun 2012, berdasarkan:
a.       Umur
b.      Paritas
c.       Pendidikan
2.   Mengidentifikasi perilaku tentang perawatan luka pasca caesar di rumah di RSUD Subang tahun 2012.
3.      Mengidentifikasi infeksi pasca caesar di RSUD Subang tahun 2012.
4.  Mengidentifikasi hubungan perilaku tentang perawatan luka pasca caesar terhadap infeksi pasca caesar pada ibu post partum di RSUD Subang tahun 2012.

1.4  Manfaat Penelitian
1.      Bagi masyarakat khususnya ibu nifas pasca caesar
            Diharapkan dapat dijadikan suatu masukan atau informasi penting agar ibu nifas pasca caesar dapat lebih memperhatikan kondisi luka pasca caesar dan kondisi fisiknya. Hal ini semata-mata agar terciptanya peningkatan kehatan dan kesejahteraan bagi ibu di RSUD Subang.
2.      Bagi penulis
            Sebagai sarana untuk menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang diperoleh dalam rangka menambah wawasan khususnya tentang perawatan pada ibu post partum pasca caesar di rumah.
3.      Bagi Program Studi DIII Kebidanan
            Diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan referensi atau bahan bacaan bagi mahasiswa dalam meningkatkan proses pembelajaran.

1.5     Metode Penelitian
          Penelitian ini menggunakan metode analitik yakni desain penelitian yang bertujuan untuk memperoleh penjelasan dan menggali bagaimana dan mengapa suatu fenomena terjadi. Menerangkan bentuk hubungan antara dua variabel dependen dan independen yang berupa faktor resiko ataupun faktor efek, (Elfindri, 2011).
           Jadi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku tentang perawatan luka pasca caesar di rumah terhadap infeksi pasca caesar pada ibu post partum di RSUD Subang tahun 2012.
               Populasi dalam penelitian ini adalah ibu post partum pasca caesar ± 25 orang responden yang akan diteliti, proses ini tentu saja melalui tahap survei terlebih dahulu(Sulistianingsih, 2011).



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
  
2.1    Teori Perilaku
Benjamin Bloom, seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya tiga bidang perilaku, yakni kognitifafektif, dan psikomotor. Kemudian dalam perkembangannya, domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi tiga tingkat:
2.1.1        Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya.
2.1.2        Sikap (attitude)
Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
2.1.3        Tindakan atau praktik (practice)
Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki. (Notoatmodjo, 2011)

2.2    Konsep Dasar Nifas
2.2.1     Definisi
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau ± 40 hari (Prawirohardjo, 2002).
Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil (Marsha Khumaira, 2012).
2.2.2     Aspek – Aspek Klinik Masa Nifas
1.    Suhu badan dapat mengalami peningkatan setelah persalinan, tetapi tidak lebih dari 380C. Bila terjadi peningkatan melebihi 380C selama 2 hari berturut-turut, maka kemungkinan terjadi infeksi. kontraksi uterus yang diikuti HIS pengiring menimbulkan rasa nyeri-nyeri ikutan (after pain) terutama pada multipara, masa puerperium diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan endomentrium serta sisa dari implantasi plasenta yang disebut lochea.
2.    Pengeluaran lochea terdiri dari :
1.    Lochea rubra : hari ke 1 – 2.
     Terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix kaseosa, lanugo, dan mekonium.
2.    Lochea sanguinolenta : hari ke 3 – 7
Terdiri dari : darah bercampur lendir, warna kecoklatan.
3.    Lochea serosa : hari ke 7 – 14.
Berwarna kekuningan.
4.    Lochea alba : hari ke 14 – selesai nifas
Hanya merupakan cairan putih lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea purulent.
3.    Payudara
Pada payudara terjadi perubahan atropik yang terjadi pada organ pelvix, payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi supresi payudara akan lebih menjadi besar, kencang dan lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.
Hari kedua post partum sejumlah colostrums cairan yang disekresi oleh payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi dapat diperas dari puting susu. Colostrums banyak mengandung protein, yang sebagian besar globulin dan lebih banyak mineral tapi gula dan lemak sedikit.
4.    Traktus Urinarius
Buang air sering sulit selama 24 jam pertama, karena mengalami kompresi antara kepala dan tulang pubis selama persalinan.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone esktrogen yang bersifat menahan air akan mengalani penurunan yang mencolok, keadaan ini menyebabkan diuresis.
5.    System Kardiovarkuler
Normalnya selama beberapa hari pertama setelah kelahiran, Hb, Hematokrit dan hitungan eritrosit berfruktuasi sedang. Akan tetapi umumnya, jika kadar ini turun jauh di bawah tingkat yang ada tepat sebelum atau selama persalinan awal wanita tersebut kehilangan darah yang cukup banyak. Pada minggu pertama setelah kelahiran , volume darah kembali mendekati seperti jumlah darah waktu tidak hamil yang biasa. Setelah 2 minggu perubahan ini kembali normal seperti keadaan tidak hamil (Saifuddin, 2002).

2.2.3     Perawatan dalam nifas
Pengawasan kala IV yang sebetulnya jam pertama dari nifas diuraikan secara singkat meliputi:
1.      Pemeriksaan placenta, supaya tidak ada bagian-bagian placenta yang tertinggal
2.      Pengawasan  tingginya fundus uteri
3.      Pengawasan perdarahan dari vagina
4.      Pengawasan konsistensi rahim
5.      Pengawasan keadaan umum

1.      Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosistromboemboli.
2.      Diet
Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3.      Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena fingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.spincter ani selama persalinan.
4.      Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 pasca persalinan.
5.      Perawatan payudara
6.      Laktasi (Marsha Khumaira, 2012).

2.2    Definisi Luka
        Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zak kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.
        Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan perupaan kembali (remodelling) jaringan, (Buku-ajar Ilmu Bedah, 2004).
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel

2.2.1        Jenis  Luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka.
1.      Berdasarkan tingkat kontaminasi

a)      Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.
b)      Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.
c)      Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.
d)  Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.

2.      Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a)      Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b)      Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c)      Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d)     Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/ kerusakan yang luas.

3.      Berdasarkan waktu penyembuhan luka
1.  Luka akut: yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
2.     Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

2.2.2        Fase Penyembuhan Luka
     Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan.  Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan.

Fase Inflamasi
     Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira – kira hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi.
     Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).
     Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.

Fase Proliferasi
     Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira – kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka.
Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam proses penyudahan kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intramolekul dan antar molekul.
     Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar, sebab epitel tak dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan.

Fase Penyudahan (Remodelling)
     Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan – bulan dan dinyatakan berkahir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira – kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira – kira 3-6 bulan setelah penyembuhan.
2.2.3        Perawatan Luka
Diagnosis
Pertama-tama, dilakukan pemeriksaan secara teliti untuk memastikan apakah ada perdarahan yang harus dihentikan. Kemudian, tentukan jenis trauma, tajam atau tumpul, luasnya kematian jaringan, banyaknya kontaminasi, dan berat ringannya luka (Buku-ajar Ilmu Bedah, 2004).

2.3    Pengertian Infeksi
        Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat pilang membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteriparasitfungivirusprion, dan viroid.
Simbiosis antara parasit dan inang, di mana satu pihak diuntungkan dan satu pihak dirugikan, digolongkan sebagai parasitisme. Cabang kedokteran yang menitikberatkan infeksi dan patogen adalah cabang penyakit infeksi.
        Istilah “infeksi” juga hanya mengacu pada organisme patogen, tidak pada semua jenis organisme. Sebagai contoh, pertumbuhan normal flora bakteri yang biasa hadir di dalam saluran usus tidak dianggap sebagai infeksi. Hal yang sama berlaku untuk bakteri yang biasanya menghuni mulut.


Secara umum infeksi terbagi menjadi dua golongan besar:
1.      Infeksi yang terjadi karena terpapar oleh antigen dari luar tubuh.
2.      Infeksi yang terjadi karena difusi cairan tubuh atau jaringan, seperti virus HIV, karena virus tersebut tidak dapat hidup di luar tubuh.

2.4    Definisi Sectio Caesarea
        Suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Ilmu Bedah Kebidanan, 2010).
        Caesar adalah jalan alternatif menyambut kelahiran seorang bayi melalui operasi praktis. Pembedahan dilakukan pada perut dan rahim ibu (Indiarti, 2007).
        Bedah caesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih (Yusmiati Dewi, 2007).

2.5    Hal Yang Perlu Diperhatikan Setelah Sectio Caesarea

Meskipun terlihat tidak sulit (karena tanpa mengalami proses sakit kontraksi dan mengejan) ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus setelah melahirkan dengan operasi caesar, diantaranya :

1.          Menjaga kebersihan disekitar bekas jahitan.
2.          Tiga hari setelah operasi, perban biasanya diganti dengan perban yang tahan air sehingga ibu dapat mandi. Sebelumnya, karena bekas jahitan tidak boleh kena air, biasanya cukup diseka saja badannya dengan air hangat.
3.          Hindari melakukan aktivitas fisik yang terlalu berlebihan sebab jahitan di dalam belum kering sehingga masih terasa sakit (Cendika dan Indarwati, 2010).

2.6      Perawatan Di Rumah Pasca Caesar

Kini, saatnya kembali ke rumah. Walaupun merasa lebih baik, tetapi
Sebenarnya tubuh belum pulih sepenuhnya. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang dilakukan setelah di rumah dan juga, membuat ibu agar terbiasa dengan keadaan dirinya pasca operasi.
1.      Menjaga kebersihan diri
Untuk menjaga kebersihan badan, ibu dapat mandi. Jangan khawatir terhadap luka bekas irisan yang terkena air karena akan aman selama luka ditutup kain kasa lembut yang diatasnya dilapisi plester kedap air. Makan akan mencegah terjadinya infeksi karena terkena air. Kebersihan vagina harus dijaga, mengganti pembalut bila terasa penuh.
2.      Jangan mengangkat benda berat
Usahakan untuk tidak mengangkat benda-benda yang berat karena kegiatan ini bisa mengakibatkan tekanan pada bagian perut maupun pinggang sehingga merasa sakit.
3.      Jangan membungkuk
Dalam melakukan pekerjaan apapun, temasuk mengangkat, memandikan, serta memakaikan pakaian ke bayi, usahakan untuk tidak membungkuk. Gerakan ini menyebabkan punggung dan pinggang terasa sakit. Kalau harus membungkuk untuk mengambil sesuatu, tekuklah kedua lutut.
4.      Beristirahatlah
Istirahat akan mengambil energy yang kurang dan memulihkan tubuh kembali. Namun, apabila merasa sehat, disarankan untuk mengembalikan fungsi tubuh seoptimal mungkin. Oleh karena itu, kurangi pekerjaan rumah tangga yang banyak menguras tenaga dan pikiran. Prioritaskan pekerjaan pada perawatan bayi. Coba manfaatkanlah waktu untuk tidur pada saat bayi tidur.
5.      Kenakan baju yang nyaman
Selama minggu-minggu pertama setelah operasi, luka di perut masih nyeri atau terasa seperti tertarik. Bahkan, mungkin terasa keras dan gagal. Oleh karena itu keringat pakaian yang nyaman di tubuh, yaitu yang longgar dan mudah menyerap keringat dan tipis. Dengan  demikian, kain tersebut tidak akan menekan bekas sayatan operasi.
6.      Jangan menjadi wanita super
Jangan terlalu bekerja keras dengan mengurus pekerjaan rumah sendiri. Biarkan orang lain membantu walaupun hasilnya tidak sesuai dengan keinginan.
7.      Makan makanan bergizi
Makanan bergizi yang bergizi seimbang, sesuai dengan kebutuhan  sangat dianjurkan. Misalnya, untuk mencegah sembelit dan memenuhi kebutuhan vitamin C, makanlah banyak buah-buahan dan sayuran segar. Selain itu, agar ASI tetap berproduksi baik, asupan cairan dan gizi seimbang yang sesuai kebutuhan ibu menyusui hanya lebih banyak dibandingkan yang melahirkan normal, karena diperlukan untuk 3 macam hal. Pertama untuk kekuatan diri sendiri, kedua untuk menyembuhkan luka operasi, dan ketiga untuk kebutuhan ASI si bayi.
8.      Merawat bekas sayatan
Biasanya, benang operasi terserap secara otomatis. Beberapa cara merawat bekas sayatan operasi sebagai berikut.
a.       Bagi ibu yang sudah bisa mandi tanpa diseka, sebaiknya mandi dengan shower atau mandi bersiram. Kalau ingin mandi berendam dalam bath up, bersihkan tepat mandi tersebut sebelum dan setelah digunakan.
b.      Setelah mandi, segera keringkan bekas sayatan tersebut dengan handuk yang lembut, kertas tisu, atau kapas.
c.       Jangan  memakai celana dalam yang pendek (jenis bikini) karena karet celana jenis ini akan menekan bekas sayatan sehingga akan terasa sakit.
d.      Kalau bekas sayatan menjadi bengkak kemerahan dan terasa tanda-tanda ini menunjukkan terjadinya infeksi.
e.       Jika merasa gatal, jangan digaruk, bisa meringankan rasa gatal tersebut dengan memberi bedak. (Syafrudin, 2011)

2.7      Pemulihan yang Cepat dan Aman Pasca Caesar

2.7.1        Aktivitas di Hari Pertama

Yang boleh dilakukan:
1.      Berdekatan dengan buah hati Anda. Dekaplah perlahan. Ini bukan saja membuat Anda merasa bahagia, tetapi juga membantu mengalihkan dan menghilangkan rasa sakit serta semua rasa tidak nyaman. Pandanglah matanya, hidungnya, bibirnya, pipinya. Mirip siapakah gerangan?
2.      Berusahalah memberi ASI, meskipun agak sulit awalnya karena tubuh masih kaku dan nyeri. Akan tetapi, Anda sendiri tahu betapa pentingnya menyusui bagi Anda berdua, apalagi pada saat ini. Kalau belum keluar, tetesilah dengan susu formula saat bayi Anda menghisap. Tujuannya agar bayi terus menghisap dan ia tidak kecewa karena ASI kosong. Hisapan pada putting itu akan memicu produksi ASI.
3.      Sering-sering menggerak-gerakkan ujung jari dan pergelangan kaki untuk melancarkan kembali peredaran darah di bagian bawah tubuh.

Yang belum bisa dilakukan:
1.      Menegakkan punggung atau duduk, keculi dibantu.
2.      Mandi dan membersihkan badan. Tak usah khawatir, bidan akan dengan senang hati membantu Anda.

2.7.2        Kegiatan di Hari Kedua

Yang boleh dilakukan:
1.      Pertama-tama, minta agar kepala tempat tidur dinaikkan sedikit. Dengan begitu, Anda bisa menyandarkan punggung.
2.      Minta bantuan bidan untuk melatih Anda duduk, berdiri dan berjalan.
3.      Bila sudah cukup kuat, turunkan kaki satu per satu sambil berpegangan. Cobalah melangkah perlahan-lahan
4.      Katakan pada bidan begitu Anda merasa pusing ketika bangun dari tempat tidur atau saat berjalan. Anda akan diperiksa apakah kekurangan zat besi atau tidak. Ini lazim terjadi setelah Cesar. Kalau kekurangan zat besi, Anda akan diberi suplemen khusus.
5.      Anda sudah bisa ke kamar mandi sendiri
6.      Terus berusaha menyusui. Biasanya, produksi ASI Anda sudah lebih lancar.

Yang belum boleh dilakukan:
1.      Terlalu banyak bergerak dan berjalan.
2.      Mengurus sendiri bayi. Karena itu, badan yang akan membantu Anda saat menggantikan popok, memandikan, atau menaruh bayi dalam boks, termasuk bila Anda sekamar dengan bayi Anda (rooming in).
3.      Mengangkat benda atau barang melebihi berat bayi Anda (bahkan dilarang). Semua ini untuk menjaga dan membantu memulihkan bekas operasi.
 Yang bisa meringankan:
1.      Jangan ragu memanggil bidan agar membantu Anda. Bagaimanapun, Anda masih belum bisa melakukan segala sesuatunya sendiri. Di hari- hari berikunya, secara bengangsur Anda bisa melakukan segalanya.
2.      Tarik nafas panjang, terutama saat nyeri dan kaku mendera, serta ketika berlatih duduk, berdiri atau berjalan. Menarik nafas panjang akan membantu mengurangi rasa sakit sekaligus menguatkan Anda.

2.7.3        Aktivitas pada Seminggu Pertama

Yang boleh dilakukan:
1.      Temui para tamu Anda. Terimalah ucapan  selamat dengan tulus dan bahagia.
2.      Terus berusaha menyusui bayi Anda. Pada saat ini, ia mulai membentuk iraha sendiri. Sebagai catatan, Anda perlu terus menyesuaikan diri dengan kebutuhannya.
3.      Berjalanlah tegak serta jangan lakukan pekerjaan sambil membungkuk, termasuk saat mengangkat, menggendong dan menggantikan popok atau baju bayi. Aktifnya hormon kehamilan membuat jaringan pengikat di punggung dan dasar panggul meregang dan melunak. Apabila Anda kurang hati-hati ketika bergerak, terutama kalau terlalu banyak membungkuk, punggung gampang sakit.
4.      Rawat dan jaga daerah bekas operasi agar tetap bersih dan tidak lembap. Dengan demikian, bisa terhindar dari infeksi.

Yang belum bisa dilakukan:
1.      Mengangkat benda-benda berat, apalagi melakukannya sambil membungkuk.
2.      Terlalu banyak bergerak dan berjalan.
3.      Melakukan pekerjaan rutin yang melelahkan fisik dan nonfisik.

Yang bisa meringankan:
1.      Hati-hatilah dengan makanan, minuman atau udara yang Anda hirup. Janagn sampai Anda terserang batuk. Batuk akan merontokkan kekebalan tubuh Anda dan membuat otot perut menjadi keras.
2.      Meski sudah di rumah, Anda dan bayi harus tetap beristirahat. Apabila terlalu banyak tamu, katakan dengan jujur bahwa Anda berdua perlu beristirahat.
3.      Letakkan semua keperluan bayi seperti popok, baju, bedak, lotion, dan lain-lainnya di satu tempat yang mudah diraih. Dengan begitu, Anda tidak terlalu banyak bergerak dan berjalan mondar-mandir.
4.      Buatlah prioritas. Minta bantuan orang lain untuk mengerjakan pekerjaan rumahtangga lainnya, seperti memasak, mencuci, dan juga berbelanja.

2.7.4        Segar Kembali di Minggu Ketiga

Yang boleh dilakukan:
1.      Mengencangkan otot-otot dasar panggul. Meskipun Ibu tidak melahirkan lewat vagina, otot dasar panggul menanggung beban berat selama kehamilan. Caranya? Kencangkan otot-otot panggul seperti kalau Ibu menahan buang air kecil. Gerakan ini bisa dilakukan kapan saja. Sambil berbaring, duduk atau berdiri.
2.      Mengencangkan otot dada dan lengan. Salah satu cara adalah, berdirilah dan buka kedua kaki selebar bahu. Tekuk kedua siku di depan dada. Tangan kanan memegang siku kiri, sementara kangan kiri memegang siku kanan. Kencangkan otot dada dan lengan, lalu kendurkan.

Yang belum boleh dilakukan:
1.      Melakukan gerakan olahraga yang berat, apalagi yang menekan otot perut.
2.      Melakuka pekerjaan rumahtangga yang perlu tenaga yang cukup kuat, serta mengharuskan Ibu banyak dan lama berdiri, berjalan atau membungkuk.
Yang bisa meringankan:
1.      Lakukan pekerjaan rumah, seperti menyiapkan makanan untuk keluarga, sambil duduk.
2.      Tahan segala hal yang bisa membuat emosi, apalagi samapai marah. Marah itu memakan banyak energi yang mungkin merugikan Ibu.

2.7.5        Prima di Minggu Kelima

Yang boleh dilakukan:
1.      Kunjungi dokter kandungan Ibu untuk memeriksa bekas jahitan dan kondisi kesehatan Ibu secara keseluruhan. Katakan akalua ada yang kurang nyaman. Apalagi, bila sampai saat ini, perdarahan yang terjadi cukup banyak.
2.      Bawa bayi Ibu berjalan-jalan di sekitar rumah. Letakkan si kecil dalam kereta dorong yang aman, dan nikmatilah udara segar di pagi serta sore hari bersamanya.

Yang belum bisa dilakukan:
1.      Berjalan mendaki atau menaiki anak tangga. Ingat, memaksa melakukan kegiatan melebihi kemampuan akan fatal  akibatnya. Apalagi, Ibu baru selesai operasi.
2.      Mengangkat barang besar dan berat.
3.      Menyetir mobil, mengendarai motor sendiri.

Yang bisa meringankan:
1.      Jaga jangan sampai Ibu terserang batuk, demam, atau flu.
2.      Makan makanan bergizi seimbang agar tubuh tetap bugar. Karena tugas Ibu sebagai Ibu cukup menguras tenaga.
3.      Hindari mengonsumsi kafein terlalu banyak, sebab bisa mengganggu penyerapan zat besi membuat tubuh jadi lemah dan lesu.

2.7.6        Pulih Normal di Minggu Keenam
Yang boleh dilakukan:
1.      Kehidupan seks sudah normal kembali.
2.      Berkonsultasilah dengan dokter untuk memilih alat kontrasepsi yang paling tepat untuk Ibu dan pasangan.
3.      Menyetir mobil atau mengendarai motor sendiri. Namun, berhati-hatilah dengan bekas operasi. Pilih jalan yang relatif aman dan nyaman. Ketegangan Ibu bisa mempengaruhi kondisi kesehatan Ibu yang masih dalam fase pemulihan.
4.      Berolahraga ringan, seperti berjalan kaki. Lalu, secara bertahap, lakukan gerakan yang lebih berat. Misalnya, senam untuk mengecangkan otot tubuh.
5.      Tertawalah lepas, berbahagialah sebagai Ibu yang prima. Yakinlah bahwa semakin banyak orang yang menyayangi Ibu. (Indiarti, 2007)

2.8      Kerangka Konsep

Dependen
Kejadian infeksi pasca caesar



 Karakteristik
1.        Umur
2.        Paritas
3.        Pendidikan




Independen
Perilaku perawatan luka pasca caesar

 










2.9      Hipotesa

Hipotesis adalah  sebuah pernyataan tentang sesuatu yang diduga atau hubungan yang diharapakan antara dua variable atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Notoatmodjo, 2010). Biasanya hipotesis terdiri dari pernyataan terhadap ada atau tidak ada hubungan antara dua variable,yaitu variable bebas (independent variables) dan variable terikat ( dependent variable).
Dalam penelitian kali ini akan membuktikan ada atau tidak ada hubungan antara variabel independent dengan variable dependent yang diteliti yaitu :
1.         Ha      : Ada hubungan antara perawatan luka pasca caesar terhadap infeksi pasca caesar di RSUD Subang Tahun 2012.
2.         Ho      : Tidak ada hubungan antara perawatan luka pasca caesar terhadap infeksi pasca caesar di RSUD Subang Tahun 2012

 Keterangan :
Jika            :   P value < α (0,05), maka (Ho) ditolak artinya statistik  ada hubungan bermakna.
Jika                :   P value > α (0,05), maka (Ho) gagal ditolak artinya statistik tidak ada hubungan bermakna.



BAB III
METODE PENELITIAN
3.1  Desain Penelitian
            Penelitian ini menggunakan metode analitik yakni desain penelitian yang bertujuan untuk memperoleh penjelasan dan menggali bagaimana dan mengapa suatu fenomena terjadi. Menerangkan bentuk hubungan antara dua variabel dependen dan independen yang berupa faktor resiko ataupun faktor efek (Elfindri, 2011). Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor resiko/ paparan dengan penyakit (sulistianingsih, 2011).
3.2  Populasi
            Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau keseluruhan individu yang diteliti dan memiliki karakter tertentu. (Notoatmojo, 2005). Populasi pada penelitian ini adalah ibu post partum pasca caesar di RSUD Subang tahun 2012. Total responden ± 25 ibu post partum pasca caesar.
3.3 Sampel
            Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. (Elfindri, 2011). Pengambilan sampel dilakukan dengan mendaftar nama-nama responden kemudian melakukan undian sebanyak (n) sampel. Adapun yang dijadikan sampel memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi dan terjangkau akan diteliti. Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/ mengeluarkan yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai alasan (Nursalam, 2001).

1.                   Kriteri Inklusi
-Ibu yang berada di RSUD Subang tahun 2012
-Ibu yang mengerti bahasa Indonesia
-Ibu yang bersedia dijadikan responden

2.                  Kriteri Ekslusi
-Ibu yang tidak bersedia dijadikan responden
-Ibu yang tidak berada di RSUD Subang tahun 2012
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan teknik random sampling (simple random sampling) atau systematic sampling. Dengan menggunakan sebagai berikut :
n=   N
    1+N (d)²
Ket :
N       : Besar populasi
n        : Besar sampel
d        : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang di inginkan

n=   25
    1+ 25 (0,05) ²  
 n=      25
     1+25 (0,0025)
n=    25
     1+0.0625
n= 23
            Jadi sampel yang dibutuhkan sebanyak 23 orang.
3.4  Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (variabel penelitian). Jenis instrumen penelitian tergantung pada tehnik pengumpulan data. Bila tehnik pengumpulan data dengan komunikasi/ wawancara, maka dapat menggunakan kuesionerb atau angket atau pedoman wawancara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat kuesioner sebagai instrumen penelitian. (sulistianingsih, 2011). Di samping itu peneliti mengunakan lembar observasi untuk mengukur seberapa parah infeksi luka sehingga bisa dilakukan tindakan segera apabila terjadi perlukaan yang luas.

3.5    Teknik pengumpulan data
3.5.1        Data primer
Adalah data yang dikumpulkan  sendiri oleh peneliti dari yang sebelumnya tidak ada, dan tujuannya disesuaikan dengan keperluan penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner berupa pertanyaan berbentuk pilihan ganda serta peneliti menggunakan lembar observasi yang disusun untuk melengkapi informasi.
3.5.2        Data sekunder
Adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan data sudah ada. Disini peneliti menggunakan data sekunder guna mengetahui jumlah sampel yang ada, untuk mempermudah peneliti mencari data.

3.6 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah alat untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diteliti juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran serta pengembangan instrumen atau alat ukur (Notoatmodjo, 2007).
No
Karakteristik
Definisi operasional
Alat ukur
Hasil ukur
Skala
1
Umur
Usia ibu saat ini terhitung dari tanggal lahir ibu
Kuesioner
1. <20 tahun
2. 26-35 tahun
3. >35 tahun
Rasio
2
Paritas
Jumlah anak ibu saat ini
Kuesioner
1. 1
2. 2-4
3. >4
Nominal
3
Pendidikan
Tingkat sekolah terakhir ibu
Kuesioner
1. SD
2. SMP
3. SMA
4.Perguruan   Tinggi
Ordinal

Variabel

4
Perilaku perawatan luka pasca caesar
Kemampuan responden untuk melakukan perawatan pasca caesar
Kuesioner
1.Kurang
(tidak mengganti perban sama sekali/ tidak melakukan perawatan)
2.Baik
( 1x mengganti perban/ melakukan perawatan)
Sumber:Sjamsuhidajat, 2004
Nominal
5
Infeksi pasca caesar
Reaksi inflamasi masuknya bakteri pada luka
Observasi
1.Terjadi Infeksi (muncul tanda-tanda infeksi seperti luka menjadi bengkak dan kemerahan)
Sumber: Syafrudin, 2011
2.Tidak Terjadi infeksi (luka tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi)
Sumber: syafrudin, 2011
Nominal






BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil Penelitian

4.1.1        Lokasi Penelitian

        Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Subang, yang beralamatkan di Jl. Brigjen Katamso No. 37, Dangdeur, Subang (0260) 411421

Sejarah
        Pada masa penjajahan inggris dan belanda, sudah ada  rumah sakit untuk kalangan sendiri di daerah Subang yang bernama Rumah sakit  PT. Perkebunan, yaitu pada tahun 1942 yang dikelola oleh Dr. Meutiono, namun untuk rumah sakit umum belum memiliki karena masih dalam status kewedanaan. Pada tahun 1948 di ruang bekas took besi di jalan Oto Iskandardinata didirikan sebuah rumah sakit Umum Subang yang sangat sederhana dengan kepala Rumah Sakit pada saat itu adalah Dr. Soekono yang menjabat sampai tahun 1955 dan merupakan Rumah sakit Umum pertama di Subang.
1)      Tahun 1956  Dr. Soekono digantikan oleh Dr. Gabirino  dari Italia dan Dr. Heize dari Jerman.
2)      Tahun 1956-1957 dipimpin oleh Dr. Punchera dari Jerman.
3)      Tahun 1959-1962 dipimpin oleh Dr. Musa.
4)      Tahun 1962-1967 dipimpin oleh Dr. Agustina LK.
5)      Tahun 1965 Rumah Sakit Umum Subang dipindahkan ke Pasir Kareumbi Subang.
6)      Tahun 1976-1977 dipimpin oleh Dr. Yuniar.
7)      Tahun 1977-1980 dipimpin oleh Dr. Koentjoro.
8)      Tahun 1981-1984 dipimpin oleh Dr. Sopandi W.
9)      Tahun 1981-1984 dipimpin oleh Dr. Ade LRG
10)  Pada tanggal 20 November 1985 Rumah Sakit Umum Subang pindah ke jalan brigjen Katamso No. 37 Subang diresmikan oleh Bupati Subang yaitu IR Sukanda Kartasamia dan Kepala Kanwil Kesehatan Propinsi Jabar DR. Rustandi MPH.
11)  Tahun 1997-2004 dipimpin oleh Dr. H. Gunawan D, SpTHT, MARS.
12)  Tahun 2004-2006 dipimpin oleh Dr. H. Sodibjo SA, SpOG.
13)  Tahun 2007-2009 dipimpin oleh dr. H Guntur Setyono, MARS.
14)  Tahun 2009- sekarang dipimpin  Drs. Aseng Junaedi, M.Si. pada tahun 1999 Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Kabupaten Subang telah lulus Akreditasi untuk 5 (lima) bidang pelayanan.        
  Keberhasilan ini terus ditingkatkan dengan terus meningkatkan kualitas berbagai bidang pelayanan dan melalui Surat Keputusan Dirjen Pelayanan Medik Nomor H.K. 00.06.3.5.248 tentang pemberian status akreditas penuh tingkat lanjut 12 (dua belas) pelayanan. Hal ini tentunya menjadi suatu pijakan bagi seluruh staf dan manajemen rumah sakit untuk lebih berkomitmen terhadap mutu pelayanan dan kepuasan pelanggan dalam rangka mendukung program-program pemerintah Kabupaten Subang khususnya pembangunan bidang kesehatan.
  Terhitung sejak tanggal 12 April 2007 melalui surat keputusan Menteri Kesehatan nomor 484/ Menkes/ SK/ IV/ 2007 dinyatakan sebagai rumah sakit pemerintah kelas B non pendidikan. Manajemen rumah sakit terus berusaha untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan melalui pengembangan organisasi, peningkatan sumber daya manusia, pengembangan sarana dan prasarana pelayanan serta dengan peningkatan pola  pengelolaan keuangan kearah bisnis yang sehat yang dapat menjadi organisasi Rumah Sakit Umum Daerah kelas B Kabupaten Subang sebagai institusi pemerintah yang profesional dan akuntable.

4.1.2        Analisa Univariat

Tabel IV-I
Distribusi Frekuensi Perilaku Perawatan Luka Pasca Caesar pada Ibu Post Partum di RSUD Subang Tahun 2012

No
Perilaku perawatan luka
Frekuensi
%
1
Kurang
17
73,9
2
Baik
6
26,1

Jumlah
23
100,0

            Sumber: Hasil kuesioner Nurleli pada ibu post partum pasca caesar

Hasil penelitian didapatkan bahwa angka perilaku perawatan luka pasca caesar pada ibu post partum di RSUD Subang Tahun 2012 sebanyak 73,9% dari data tersebut terdapat 17 ibu post partum yang tidak melakukan perawatan luka dengan jumlah total 23 responden.

Tabel IV-II

Distribusi Frekuensi Infeksi Pasca Caesar pada Ibu Post Partum di RSUD Subang Tahun 2012

No
Infeksi
Frekuensi
%
1
Terjadi Infeksi
12
52,2
2
Tidak terjadi infeksi
11
47,8

Jumlah
23
100,0

            Sumber: Hasil kuesioner Nurleli pada ibu post partum pasca caesar

Hasil penelitian didapatkan bahwa angka infeksi luka pasca caesar pada ibu post partum di RSUD Subang Tahun 2012 sebanyak 52,2% dari data tersebut terdapat 12 ibu post partum yang mengalami infeksi luka dengan jumlah total 23 responden.
4.1.3        Analisa Bivariat

Distribusi Frekuensi Hubungan perilaku tentang perawatan luka pasca caesar di rumah terhadap infeksi pasca caesar pada ibu post partum di RSUD Subang tahun 2012
No
Infeksi pasca caesar
Perilaku Perawatan Luka
Jumlah
P value
Melakukan perawatan
Tidak melakukan perawatan
N
%
N
%
N
%

1
Terjadi infeksi
6
50
0
50
6
100

 2
Tidak terjadi infeksi
6
35.30
11
64.70
17
100
0,009
Jumlah
12
52.17
11
47.83
23
100



Sumber: Has
Sumber: Kuesioner Nurleli pada ibu post partum pasca caesar

Hasil uji statistic Chi Square α = 0,05 dengan nilai P value =0,009, sehinggaP value < α (0,05). Kesimpulan : Ho ditolak berarti, adanya hubungan antara perawatan luka pasca caesar dengan infeksi pasca caesar pada ibu post partum di RSUD Subang.

4.2    Pembahasan
Selama penelitian di RSUD Subang didapat kasus ibu post partum yang tidak melakukan perawatan luka pasca caesar, dan terjadi infeksi luka dengan angka prevalensi 64,70%. Angka ini lebih besar dengan angka prevalensi penelitian terdahulu 58, 95% keadaan ini tentu menjadi fokus bagi peneliti untuk mencari penyebab utama terjadinya infeksi.
Kejadian infeksi ini didominasi  oleh karakteristik ibu seperti berikut; Umur 20-35 tahun sebanyak 14 orang (60,86%)paritas dengan katagori Primipara sebanyak 11 orang (47,82%)pendidikan diperoleh data dengan pendidikan rendah (SD sampai SMP) sebanyak 16 orang (69,56%), hasil penelitian menunjukkan ciri-ciri seperti yang disebutkan di atas bahwa umur menentukan kemampuan seseorang untuk menambah kematangan dalam berperilaku dan bersikap. Paritas dalam kasus ini didominasi oleh ibu post partum katagori primipara (kehamilan pertama),  katagori ini mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, dibandingkan dengan kategori multipara (kehamilan yang kedua, ketiga dan keempat) yang sudah mempunyai banyak pengetahuan dari pengalamannya pada kehamilan terdahulu terutama ibu post partum yang sudah pernah melakukan persalinan caesar. Pendidikan rendah mendominasi kasus kejadian infeksi di RSUD Subang, karena pengetahuannya yang rendah membuat ibu post partum kurang mampu melakukan pencegahan infeksi seperti melakukan perawatan luka.
1.    Perilaku perawatan luka pasca caesar
                        Perilaku perawatan luka pasca caesar pada ibu post partum di RSUD Subang menunjukkan angka prevalensi yang tinggi untuk ibu post partum yang tidak melakukan perawatan. Hal ini membutuhkan perhatian khusus dari tenaga kesehatan di RSUD Subang tahun 2012.
Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait, dan atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindarikecelakaan.
Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.
Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan. Konsep perilaku menurut Becker.
 Berkaitan dengan pengetahun, sikap dan tindakan sebagai tenaga kesehatan bidan berperan penting untuk membantu menurunkan angka morbiditas ibu dan mencegah terjadinya komplikasi pada ibu post partum. Dalam hal ini bidan berperan sebagai promotof, preventif, dan rehabilitatif.
2.    Infeksi luka pasca caesar
            Kejadian infeksi luka pasca caesar RSUD Subang harus ditangani secara serius melihat angka morbiditas ibu post partum karena infeksi luka pasca caesar masih tinggi di RSUD Subang. Infeksi luka akibat persalinan caesar beda dengan luka persalinan normal. Luka persalinan normal sedikit dan mudah terlihat, sedangkan luka operasi cesar lebih besar dan berlapis-lapis. Bila penyembuhan tak sempurna, kuman lebih mudah menginfeksi sehingga luka jadi lebih parah. Bukan tak mungkin dilakukan jahitan ulang.
3.    Hubungan perilaku perawatan luka pasca caesar terhadap infeksi pasca caesar pada ibu post partum
          Operasi caesar sebaiknya dipilih jika memang ada gangguan pada ibu atau bayinya, yang bisa berakibat fatal apabila dilakukan secara normal. Tapi jika semuanya berjalan lancar disarankan untuk melahirkan secara normal.
            Namun, jika operasi caesar tetap dilakukan, sebaiknya sang ibu melakukan persiapan-persiapannya. Perlu persiapan fisik maupun mental. Kemudian, luka bekas operasi jangan sampai kena air, lakukan penggantian perban dengan hati-hati, larutan betadin jangan sampai terlalu banyak ketika mengganti perban tetapi diusahakan kesat sehingga perban tidak menempel ketika harus diganti.
Dengan operasi caesar, maka kehamilan berikutnya akan lebih besar risikonya. Sebab, ada luka bekas operasi yang punya potensi untuk robek ketika melahirkan. Karena itu, agar lebih aman, maka kehamilan berikutnya setidaknya enam bulan setelah operasi caesar dilakukan. Semakin lama kehamilan berikutnya, akan semakin baik bagi ibu. Seperti yang sudah dijabarkan oleh teori di atas dapat disimpulkan bahwa perawatan luka pasca caesar berpengaruh penting terhadap pemulihan ibu post partum, terutama menghindari kejadian infeksi yang dominan kasusnya disebabkan oleh infeksi luka tersebut. Berarti hubungan antara keduanya sangat berkaitan. Maka sangat penting bagi ibu hamil maupun ibu post partum pasca caesar untuk mengetahui pengetahuan perawatan pasca caesar itu sendiri.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan perawatan luka pasca caesar dengan infeksi luka pasca caesar pada ibu post partum di RSUD Subang tahun 2012. Melihat prosedur penulisan proposal ini melalui tahapan yang sistematis sesuai dengan tujuan penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.      Perilaku perawatan luka pasca caesar pada ibu post partum di RSUD Subang Tahun 2012 yang terbanyak adalah  17 orang dengan kategori “kurangtidak melakukan perawatan luka pasca caesar”.
2.      Infeksi luka pasca caesar pada ibu post partum di RSUD Subang Tahun 2012 yang terbanyak adalah 12 orang yang mengalami infeksi pasca caesar.

5.2 Saran

1.      Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan khususnya mahasiswa kebidanan dapat memperbanyak pengetahuan tentang hubungan perilaku perawatan luka pasca caesar terhadap infeksi pasca caesar pada ibu post partum sehingga dapat memberikan pendidikan kepada ibu post partum yang membutuhkan perhatian khusus mengenai luka pasca caesar tersebut.
2.      Bagi Tempat Penelitian
Bagi tempat penelitian agar dapat meningkatkan pelayanan pada ibu post partum pasca caesar khususnya dalam memberikan informasi tentang perawatan luka, baik pengetahuan secara verbal maupun non verbal, agar presentasi kejadian infeksi luka pasca caesar berkurang terutama di RSUD Subang.
3.      Peneliti
Dapat memperkaya dan meningkatkan pengetahuan, informasi serta menambah wawasan bagi peneliti mengenai hubungan perilaku perawatan luka pasca caesar dengan infeksi pasca caesar pada ibu post partum.
4.      Peneliti Lain
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan untuk penelitian selanjutnya demi kesempurnaan penelitian tersebut.



DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Yusmiati. 2007. Operasi CAESAR. Jakarta: EDSA-Mahkota
Indiarti. 2007. Cesar, kenapa tidak?. Yogyakarta: elMATERA-Publishing
Khumaira Marsha. 2012. ILMU KEBIDANAN. Yogyakarta: Citra Pustaka Yogyakarta
Mander, Rosemary. 2003. Nyeri Persalinan. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. KESEHATAN MASYARAKAT- ilmu & seni. Jakarta: Rineka Cipta
Prawirohardjo. 2005. PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL DAN NEONATAL.  Jakarta: PT Bina Sarana Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT Bina Sarana Sarwono Prawirohardjo
Syamsuhidayat. R. 2004. Buku- ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

0 komentar:

Posting Komentar